1. Kehilangan status
pekerjaan dan mata pencaharian.
2. Kehilangan sumber
pendapatan secara mendadak karena migrasi, gagal panen,krisis moneter,
kehilangan pekerjaan, bencana alam.
3. Kehilangan keyakinan
diri dan harga diri.
4. Merasa bersalah, malu,
tak berharga, tak berdaya, dan putus asa.
5. Mendengar suara-suara
gaib dari Tuhan untuk bergabung menuju surga.
6. Mengikuti kegiatan
sekte keagamaan tertentu.
7. Menunjukkan penurunan
minat dalam hobi, seks dan kegiatan lain yangsebelumnya
dia senangi.
8. Mempunyai riwayat
usaha bunuh diri sebelumnya.
9. Sering mengeluh adanya
rasa bosan, tak bertenaga, lemah, dan tidak tahu harus berbuat apa.
Faktor Resiko Bunuh Diri
1. Gangguan mental
Beberapa gangguan
mental seperti gangguan bipolar danskizofrenia menyebabkan seseorang memiliki
dorongan yang lebih kuat untuk bunuh diri.
2. Kecanduan
Beberapa kasus bunuh
diri dilakukan oleh mereka yang memilikikebiasaan
menggunakan narkoba dan alkohol.
3. Bawaan genetik
Beberapa
orang mewarisi gen dengan emosi yang lemah danbeberapa penelitian
menunjukkan bahwa dalam beberapa garis keluargaterjadi banyak kasus bunuh diri.
Anggota keluarga yang salah seorang di garisketurunannya pernah bunuh diri,
lebih berisiko melakukan bunuh diri.
4. Kondisi otak
Otak kita memang unik.
Susunan kimiawi otak bisa membuatseseorang lebih kuat dalam menghadapi problem.
Kadar serotonin yangrendah khususnya di dalam otak, dapat membuat mood seseorang
menjadi buruk, membuat tidak bahagia, mengurangi minat seseorang
padakeberadaannya, dan berisiko menjadi depresi dan bunuh diri.
Beberapa
faktor risiko terjadinya peristiwa bunuh diri adalah:
·
BIOPSIKOSOSIAL :
- Gangguan Mental : gangguan mental organik, skizofrenia/psikotik, bipolar, depresi
- Penyalahgunaan zat
- Keputusasaan
- Impulsivitas
- Riwayat trauma/abuse
- Menderita penyakit yang berat
- Percobaan bunuh diri sebelumnya
- Riwayat keluarga yang bunuh diri
- LINGKUNGAN
- Kehilangan pekerjaan
- Kehilangan relasi sosial
- Akses ke alat/zat yg mematikan
- SOSIOSOSIO—BUDAYABUDAYA
- Kurangnya suport sosial & merasa terisolir
- Stigma atau halangan untuk mendapat penanganan
- Keyakinan agama atau budaya tertentu
- Terpapar orang lain yang telah melakukan bunuh diri
Faktor
penyebab
Berikut beberapa faktor penyebab bunuh diri yang didasarkan pada
kasus bunuh diri yang berbeda-beda tetapi memiliki efek interaksi di antaranya
(Maris, dalam Maris dkk.,2000; Meichenbaum, 2008):
1. Major-depressive
illness, affective disorder
2. Penyalahgunaan
obat-obatan (sebanyak 50% korban percobaan bunuh memiliki level alkohol dalam darah
yang positif)
3. Memiliki pikiran bunuh
diri, berbicara dan mempersiapkan bunuh diri
4. Sejarah percobaan
bunuh diri
5. Sejarah bunuh diri
dalam keluarga
6. Isolasi, hidup
sendiri, kehilangan dukungan, penolakan
7. Hopelessness dan
cognitive rigidity
8.
Stresor atau kejadian hidup yang negatif (masalah pekerjaan, pernikahan,
seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan, berhubungan
dengan kelompok teman yang suicidal)
9.
Kemarahan, agresi, dan impulsivitas
10. Rendahnya tingkat
5-HIAA
11. Key symptoms (anhedonia,
impulsivitas, kecemasan / panik, insomnia global, halusinasi perintah)
12. Suicidality (frekuensi,
intensitas, durasi, rencana dan perilaku persiapan bunuh diri)
13. Akses pada media
untuk melukai diri sendiri
14. Penyakit fisik dan
komplikasinya
15.
Repetisi dan komorbid antara faktor-faktor di atas
Penanganan perilaku bunuh diri adalah :
1. Melakukan identifikasi:
-
Gangguan-gangguan mental/gejala-gejala
-
Situasi psikososial yang menekan
-
Pola-pola maladaptif yang menetap dari pikiran, emosi dan
perilaku, terutama yang berkaitan dengan cara menghadapi masalah
2. Obat-obatan :
-
psikosis: atipikal neoroleptik
-
depresi: antidepresan antidepresan-SSRI yg aman
3. Psikoterapi
-
fokus pd skill building & problem problem-solving:
-
terapi perilaku dan kognitif (CBT)
4. Dukungan social
Sikap suportif dan bila perlu tempat
tinggal sementara yang aman, memberi kesempatan pasien mempunyai ruang/waktu
pribadi untuk memulihkan strategi coping, mendapatkan perspektif yg
menguntungkan, dan melihat pilihan-pilihan yang ada selain bunuh diri.
Masyarakat saat ini sangat mudah
terguncang jiwanya dan terlalu mudah membuat suatu pilihan yang fatal dan tidak
rasional terhadap adanya suatu stresor tertentu. Memperkuat spiritualitas,
mental psikologis dan keterampilan menghadapi masalah sejak dini menjadi kunci
utama untuk melakukan pencegahan perilaku bunuh diri.
Post a Comment