DEPRESI DAN BUNUH DIRI PADA LANSIA
1.Depresi Pada lansia
A.Pengertian
Depresi adalah suatu kesedihan atau perasaan duka yang
berkepanjangan. Dapat di gunakan untuk menunjukan berbagai fenomena, tanda,
gejala sindrom, keadaan emosional, reaksi, penyakit atau klinik yang terjadi pada lansia ( usia
40 tahun ke atas ) hal ini biasanya disebabkan ketidakmampuan pola piker lansia
menerima kenyataan-kanyataan yang mengenai lingkungan, keluarga, kekurangan
diri dan lain-lain.
Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan
komponen psikologis seperti rasa sedih, rasa tidak berguna, gagal, kehilangan,
putus asa, penyesalan patologis .Depresi juga dissertai dengan komponen somatic,
seperti anoreksia konstipasi, tekanan darah dan nadi menurun.
B.Tanda dan gejala depresi pada lansia
Ø individu yang menderita depresi aktifitas fisiknya memnurun
Ø berfikirnya sangat lambat
Ø kepercayaan dirinya menurun
Ø semangat untuk hidup hilang
Ø kelelahan yang sangat dank insomnia
Ø terjadi gangguan fisik seperti : sakit kepala, gangguan
pencernaan,rasa sesak di dada hingga keinginan untukk bunuh diri yang sangat
Salah satu gejala depresi adalah fikiran dan gerak motorik yang
lamban (retardasi) psikomotor,
fungsi kognitif, aktifitas mental emosional untuk pelajar, menngingat,
meerencanakan, menciptakan.
Jadi deprersi yang terjadi pada lansia mencakup 2 hal yaitu
menurunnya aktifitas fisik dan perubahan suasana hati.perubahan perilaku lansia
yang depresi berbeda-beda dari yang ringan sampai pada kesulitan-kesulitan yang
meendaalmm diseertai kesedihan, tubuh lunglai, gaya gerak lambat
C.Proses terjadinya depresi
Depresi pada lansia kemungkinan akan berkaitan dengan proses penuaan
yang terjadi pada diri lansia pada fase tersebut akan terjadi perubahan fisik
dan mental yang mengarah ke penuaan fungsi. Proses mejadi tua menhadapkan
lansia pada salah satu tugas yang sulit dalalm perkembangan hidup manusia.
Beberapa massalah pada lansia
·
keadaan fisik lemah dan tidak
berdaya sehingga bergantung pada orang lain
·
status ekonomi yang tidak
memadai sehingga cukup beralasan untuk melakukan perubahan besar pada hidupnya
·
menentukan kondisi fisik yang
sesuuai dengan kondisi ekonominya
·
mencari teman untuk mengganti
pasangan yang meninggal, hilang atau cacat
·
mengembangkan kegiatan untuk
mengisi waktu luang yang semakin bertambah
·
mulai terlibat dalam kegiatan
masyarakat yang dirancang untuk orang dewasa
·
mulai merasakan kebahagiaan
dari kegiatan ynag sesuai dengan orang yang berusia lanjut dan memiliki
kemampuan untuk menggantikan kegiatan lama yang berat dengan kegiatan yang
lebih cocok
D
Penyebab terjadinya depresi
Dalam kehidupan individu ada priode-priode kritis yang berpengaruh
pada perkembangan mental individu itu sendiri, kurangnya kasih sayang dan
perhatian dari figure yang penting bagi individu pada periode kritis akan
mempengruhi depresi pada masa yang akan datang . pada saat individu merespon
kembali situasi serupa yaitu kurang kasih sayang dan perhatian, maka individu
mempunyai kecenderungan depresi lebih tinggi dari pada orang yang tidak
mengalami situasi demikian. Depresi dapat tmbul dari beberapa factor baik dari
dalam maupun luar
·
Marah dan benci pada pasangan
yang telah meninggalkannya
·
Rasa bersalah dan kehilangan
pasangan
·
Lingkungan dan keluarga yang
tidak sesuai dengan individu
Depresi pada lansia tersering disebabkan karena mereka kehilangan
pasangan baik passangan itu meninggal, atau pergi. Selain itu depresi dapat
disebabkkan karena gaya hidup yang tidak sesuai keinginan dan keinginan
memiliki anak yang tidak tercapai.
Harapan-harapan tersebut seringkali melebihi kemampuan individu sehingga
terjadi kegagalan dan individu menyalahkan diri sendiri.
E. Aspek Depresi
1.
aspek emosional
·
perasaan kesal dan marah
perasaan ini
menggambarkan keadaan sedih , bosan dan kesepian yang dialami individu baik
yang sementara maupun terus menerus
·
perasaan negatif terhadap diri
sendiri
perasaan ini
mungkin berhubungan dengan perasaan sedih yang dijelaskan di atas hanya berbeda
ini di tujukan pada diri sendiri
·
hilangnya rasa puas
maksudnya dalah
kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukan.maksudnya dalah kehilangan kepuasan
atas apa yang dilakukan.perasaan ini dapat terjadi pada setiap kegiatan yang
dilakukan termasuk hubungan psikososial seperti aktifitas yang menuntut adanya
tanggung jawab
·
hilangnya keterlibatan
emosional
keterlibatan
emosional dalam melakukan suatu pekerjaan atau hubungan dengan orang lain hal
ini disertai dengan hilangnya kepuasan diatas. Hal ini di manifestasikan dalam
maktifitas tertentu , kurangnya perhatian atau rasa keterlibatan emosi terhadap
orang lain
·
kecenderunggan untuk menangis
di luar kemauan. Gejala ini banyak di alaami oleh penderita depresi khususnya
wanita.
2.
Aspek kognitif
·
Rendahnya evaluasi diri
·
Citra tubuh yang terdistorsi,
hal iini sering terjadi pada wanita lansia , mereka merasa dirinya jelek dan
tidak menarik
·
Harapan yang negative
·
Menyalahkan dan mengkritik diri
sendiri
3.
Aspek motifasional
Meliputi
pengalaman yang di sadari penderita yaitu tentang usaha, dorongan dan
keinginan, cirri utamanya adalah sifat regresif motifasi penderita penderita
tampaknya menarik diri dari aktivitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab
inisiatif bertindak atau adanya energi yang kuat
2.BUNUH
DIRI PADA LANSIA
A.Pengertian bunuh diri
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang
merusak diri sendiri dan orang lain
Bunuh diri pada
lansia adalah perbuatan yang dilakukan oleh seorang lanjut usia untuk memusnahkan diri karena enggan
berhadapan dengan sesuatu perkara yang
di anggap tidak dapat di tangani.
Bunuh diri adalah tidakan agresif
yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan dan merupakan keadaan
darurat psikiatri karena individu berada dalam keadaan stress yang tinggi dan
menggunakan koping yang mal adaptif
. Orang-orang
tua berisiko tinggi untuk bunuh diri daripada kelompok umur lainnya. Tingkat
bunuh diri pada orang kulit putih yang berusia lebih dari 65 tahun lima kali
lebih tinggi daripada populasi yang lainnya. Sepertiga dari lansia melaporkan
bahwa kesepian dan kesendirian merupakan alasan dasar untuk bunuh diri.
Kira-kira 10% dari lansia dengan ide-ide untuk bunuh diri melaporkan bahwa
masalah keuangan, kesehatan yang buruk atau depresi merupakan alasan timbulnya
pemikiran untuk bunuh diri. Sekitar 70% percobaan bunuh diri dilakukan dengan
cara meminum obat-obatan sampai overdosis dan 20% dengan cara mengiris atau
melukai tubuh mereka.
B.Pembagian bunuh diri
Perilaku bunuh
diri biasanya di bagi menjadi tiga kategori,yaitu:
i. ancaman bunuh diri
peringatan
verbal atau non verbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh
diri.Orang tersebut mungkin menunjukan secara verbal bahwa ia tidak akan
beradadisekitar kita lebih lama lagi atau mungkin juga mengkomunikasikan secara
non verbal melalui pemberian hadiah, merevisi wasiatnya, dan sebagainya.
Pesan-pessan ini harus diperhatikan dalam konteks peristiwa kehidupan terakhir.
Ancamamn menunjukkan ambivalensi tentang kematian. Kurangnya respon positif dapat
di tafsirkan sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri.
ii.Upaya bunuh diri
Semua tindakan
yang di arahklan pada tidakakn bunuh diriyang dilakukan oleh individu yang
mengarah pada kematian jika tidak di cegah.
iii.
bunuh diri
mungkin terjadi
setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan.orang yang melakukan upaya
bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin akan mati jika
tanda-tanda tersebut tidak di ketahui tepat pada waktunya.
Menurut Durkheim (dalam Lyttle, 1986 & Nevid., dkk., 1997) yang konsern
mengkaji bunuh diri dengan menggunakan perspektif sosiologi, menyebutkan jika
bunuh diri terdiri atas beberapa prinsip tipe. Beberapa prinsip tipe tersebut adalah :
1. Anomic Suicide. Kondisi ketidaknormalan individu berada pada
posisi yang sangat rendah, individu adalah orang yang terkatung-katung secara
sosial. Anomic suicide adalah hasil dari adanya gangguan yang nyata.
Sebagai contoh, seseorang yang tiba-tiba harus kehilangan pekerjaannya yang
berharga kemudian melakukan tindakan bunuh diri termasuk ke dalam tipe ini. Anomie
disebut juga kehilangan perasaan dan menjadi kebingungan.
2.
Egoistic
Suicide. Kekurangan keterikatan
dengan komunitas sosial atau masyarakat, atau dengan kata lain individu
kehilangan dukungan dari lingkungan sosialnya atau masyarakat. Sebagai contoh,
orang-orang yang sudah lanjut usia (elderly) yang membunuh diri mereka
sendiri setelah kehilangan kontak atau sentuhan dari teman atau keluarganya
bisa dimasukkan ke dalam kategori ini.
3.
Altruistic
Suicide. Pengorbanan diri (self-sacrifice) sebagai
bentuk peran serta sosial dan untuk mendapatkan penghargaan dari masyarakat,
sebagai contoh kamikaze atau seppuku di jepang. Tipe ini
disebut juga “formalized suicide”
4.
Fatalistic
Suicide. Merupakan bunuh diri
sebagai akibat hilangnya kendali diri dan merasa jika bisa menentukan takdir
diri sendiri dan orang lain. Bunuh diri massal yang dilakukan oleh 39 orang
anggota Heaven’s Gate cult adalah contoh dari tipe ini. Kehidupan 39
orang ini berada di tangan pemimpinnya.
5.
Meyer (1996)
memaparkan beberapa tipe bunuh diri yang merupakan pengembangan atas tipe-tipe
bunuh diri yang dikemukakan oleh Emile Durkheim. Berikut pemaparannya :
6.
Realistic.
Bunuh diri yang dipercepat oleh
tiap-tiap kondisi sebagai suatu prospek dari rasa sakit yang mendahului suatu
kesungguhan untuk mati.
7.
Altruistic.
Perilaku-perilaku mengabdi dari
suatu individu terhadap kelompok ethic yang memerintahkan atau
mengharuskan indvidu tersebut untuk melakukan tindakan bunuh diri.
8.
Inadvervent.
Individu membuat sikap seolah-olah
akan melakukan bunuh diri agar bisa mempengaruhi atau memanipulasi seseorang,
tetapi sebuah kesalahan pengambilan keputusan akan membawa kekondisi fatal
(kematian) yang tidak diharapkan.
9.
Spite. Hampir mirip dengan inadvervent suicide. Bunuh
diri ini terfokus pada seseorang, tetapi keinginan untuk membunuh diri sendiri
adalah sungguh-sungguh, dan hal tersebut dilakukan dengan harapan agar orang
lain atau seseorang benar-benar menderita karena adanya perasaan bersalah.
10.
Bizzare. Keinginan bunuh diri dari suatu individu adalah
hasil dari adanya halusinasi (seperti adanya suara yang memerintahkan untuk
melakukan bunuh diri) atau delusi (seperti adanya kepercayaan bila bunuh diri
akan merubah dunia).
11.
Anomic. Bunuh diri yang terjadi karena adanya ketidakstabilan
dalam kondisi ekonomi dan sosial (seperti dengan tiba-tiba kehilangan
pendapatan atau pekerjaan). Secara nyata hal ini akan mengubah situasi
kehidupan individu. Ketidakmampuan untuk melakukan coping yang baik, bisa
mengakibatkan bunuh diri.
12.
Negative
self. Depresi yang kronis dan
gangguan perasaan yang kronis menghasilkan percobaan bunuh diri yang berulang
yang pada akhirnya menjadi faktor terdepan menuju kondisi yang fatal.
C.Faktor pencetus
Lima dominan
factor risiko ( kotak 12.2 ) menunjang pada perilaku destruktif diiri sepanjang
siklus kehidupan
Kotak 12.2
Factor-faktoor
risiko bunuh diri
Psikososial dan kinik
Keputusasaan
Ras kulit putiih
Jenis kelamin laki-laki
Usia lebih tua
Hiidup sendiri
Riwayat
Pernah mencoba buunuh diri
Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh
diri
Riwayat keluarga tentang penyalah gunaan
zat
Diagnostik
Riwayat medik umum
Psikosis
Penyalah gunaan zat
|
1.
diagnosa psikiatrik__
lebih dari 90 % lansia yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mempunyai
hubungandengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu
berisiko bunuuh diri yaitu ganguan afektif, penyalah gunaan zat dan skizofrenia
2.
sifat kepribadian________ tiga
aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya risiko bunuh diri adalah
rasa bermusuhan, impulsive, dan depresi.
3.
lingkungan psikososial______
baru mengalami kehilengan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini,
dan berkurangnya dukungan social merupakan factor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
4.
Riwayat keluarga _________
riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor risiko
penting untuk destruktif.
5.
Faktor biokomia _____________
data menunjukan bahwa secara serotonegik, apiatergik, dan dopaminergik menjadi
media pross yang dapat menimbullkan perilaku destruktif diri lansia.
Cook dan Fontain (dalam Keliat, 1994) menerangkan
penyebab bunuh diri berdasarkan golongan umur. Cook dan Fontain menyebutkan bahwa penyebab bunuh
diri pada lansia sebagai berikut :
Penyebab bunuh diri pada lanjut usia
(Hendlin)
m
Perubahan
situasi dari mandiri keketergantungan
m
Penyakit
yang menurunkan kemampuan fungsi
m
Perasaan
tidak berarti di masyarakat
m
Kesepian
dan isolasi sosial
m
Kehilangan
ganda (seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan)
m Sumber hidup berkurang
D.Stresor pencetus
Perilaku
destruktiif diri dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang di alami
individu. Pencetuenya sering kali berupa kejadian kehidupan yang memalukan,
seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan umum, kehilangan
pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu mengetahui seseorang yang telah
mencoba atau melakukan bunuh diri atau membaca melalui media dapat juga membuat
individu makin rentan untuk melakukan perilaku destruktif diri.
E.Sumber koping
Pasien dengan penyakit kronik, nyeri, atau
penyakit yang mengancam kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif diri.
Sering kali orang ini secara sadar memilih untuk bunuh diri. Kualitas hidup
menjadi isu yang mengesampingkan kuantitas hidup.dilema etik mungkin timbul
bagi perawat yang menyadari pilihan pasien untuk berperilaku merusak diri.tidak
ada jawaban yang mudah mengenai bagaimana mengatasi konflik ini
F.Mekanisme koping
Mekanisme
pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif diri tak langsung
adalah
1.denial,
mekanisme koping yang paling menonjol
2.
rasionallisasi
3.
intelektualisasi
4.regresi
mekanisme
pertahanan diri tidak seharusnya di tantang tanpa memberikan cara koping yang
alternative. Mekanisme pertahanan ini mungkin berada di antara individu dan
bunuh diri.
Perilaku bunuh
diri menunjukkan mendesaknya kegagalan mekanisme kopping. Ancaman bunuh diri
mungkin menunjukan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasi masalh. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan
mekanisme adaptif.
G. Bunuh Diri dalam Perspektif Teori-Teori
Psikologi
Teori-teori psikologi tentang bunuh diri, fokus pada pikiran dan motivasi
dari orang-orang yang melakukan percobaan bunuh diri (Barlow & Durand,
2002). Teori-teori psikologi humanis-eksistensialis misalnya, menghubungkan
bunuh diri dengan persepsi tentang hidup yang sudah tidak mempunyai harapan
atau tidak mempunyai tujuan yang pasti. Beck (dalam Halgin & Whitbourne,
2003) mengatakan bahwa bunuh diri adalah ekspresi dari hilangnya harapan yang
dicetuskan oleh ketidakmampuan individu dalam mengatasi stres.
Shneidman (dalam Halgin & Whitbourne, 2003) menyatakan bahwa individu
yang mencoba bunuh diri adalah individu yang mencoba untuk mengkomunikasikan
rasa frustrasinya kepada seseorang yang dianggap penting oleh individu
tersebut. Secara garis besar bunuh diri dalam tinjauan psikologis dibahas
dengan menggunakan pendekatan teori psikodinamik, teori kognitif-behavior dan
teori gangguan mental.
Teori Psikodinamik
Psikodinamik memandang tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh seorang
individu adalah merupakan masalah depresi klasik, dalam hal ini, seseorang yang
mempunyai agresifitas yang tinggi dalam menyerang dirinya sendiri (Meningger,
dalam Meyer & Salmon, 1998). Konsep Freud tentang insting mati (death
instinct), thanatos, merupakan konsep yang mendasari hal tersebut
dan menjadi pencetus bagi seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri. Teori
Psikodinamik menyatakan bahwa kehilangan kontrol ego individu, menjadi penyebab
individu tersebut melakukan bunuh diri (Meyer & Salmon, 1998).
Freud menyatakan jika depresi adalah kemarahan seseorang yang ditujukan
kepada dirinya sendiri. Secara spesifik, ego yang terdapat pada seseorang yang
berada pada kondisi seperti hal tersebut, dihadirkan kepada orang yang telah
meninggalkannya. Kemarahan akan menjadi lebih besar jika orang yang depresi
berharap untuk menghapus kesan atau sosok dari orang yang meninggalkannya.
Penghapusan atau penghilangan kesan atau gambar tersebut dilakukan kepada
dirinya sendiri dengan jalan bunuh diri.
Teori ini menyatakan jika bunuh diri merujuk pada suatu manifestasi
kemarahan kepada orang lain. Teori psikodinamik menyepakati atau menghendaki
orang-orang yang bunuh diri jangan mengekspresikan kemarahannya ke dalam
catatan atau surat, karena mereka tidak akan bisa mengekspresikan emosi
tersebut dan mengembalikan perasaan tersebut kepada diri mereka.
Aliran-aliran psikodinamik terbaru yang muncul, masih terfokus pada
kemarahan pada diri sendiri sebagai inti permasalahan atau penyebab terjadinya
tindakan bunuh diri atau usaha bunuh diri (Maltsberger, dalam Hoeksema, 2001).
Teori Kognitif-Behavior
Teori kognitif-behavior meyakini jika kepercayaan-kepercayaan dan
sikap-sikap memberikan kontribusi terhadap terjadinya perilaku bunuh diri.
Konsistensi prediksi yang tinggi dari variabel kognitif terhadap bunuh diri
adalah kehilangan harapan (hopelessness), perasaan jika masa depan
sangatlah suram dan tidak ada jalan untuk menjadikan hal tersebut menjadi lebih
baik atau positif (Beck, dkk., dalam Hoeksema, 2001). Adanya pemikiran yang
bercabang (dichotomous thinking), kekakuan dan ketidak luwesan dalam
berpikir menjadi penyebab seseorang bunuh diri. Kekakuan dan ketidak luwesan
tersebut menjadikan seseorang kesulitan dalam menemukan alternatif penyelesaian
masalah sampai perasaan untuk bunuh diri yang dirasakan oleh orang tersebut
menghilang.
Karakteristik perilaku yang menunjukkan atau yang menjadi penyebab
seseorang melakukan bunuh diri adalah impulsifitas. Perilaku ini (impulsif),
akan semakin berisiko jika terkombinasikan dengan gangguan psikologis yang
lain, seperti depresi atau tinggal di lingkungan dengan potensi untuk
menghasilkan stres yang tinggi (Hoeksema, 2001).
Referensi :
stuart gail
wiscarz dan sundeen sandra J.1995.Keperawatan Jiwa.jakarta:EGC
www.depresi
dan bunuh diri pada lansia.com
Departemen Kesehatan RI. 1999. Manajemenn
Upaya Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas. Jakarta
Post a Comment