Batasan asma yang lengkap menggambarkan konsep inflamasi sebagai
dasar mekanisme terjadinya asma dikeluarkan oleh GINA(Global Initiative for
Asthma. Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran napas
dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T.
Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan episode mengi berulang, sesak
nafas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada malam hari atau dini hari.
Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas yang luas namun
bervariasi, yang paling tidak sebagian bersifat reversibel baik secara spontan
maupun dengan pengobatan. Inflamasi ini juga berhubungan dengan
hiperreaktivitas jalan napas terhadap berbagai rangsangan.
Asma merupakan sindroma klinik yang
karakteristiknya berupa respon trachea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan. Secara garis besar, terdapatberbagai macam faktor pencetus yang
mempengaruhi munculnya serangan asma,antara lain allergen, fisik, obat-obatan,
factor psikososial, faktor mekanik, infeksi tractus respiratorius bagian
atas, perubahan udara yang mendadak, polusi, perubahan pola hidup, serta faktor
keturunan (Susworo, 1989)
Pengertian
asma menurut GINA (2006) yaitu “Asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronik
saluran napas menyebabkan peningkatan hiperresponsif jalan napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi (napas ngik-ngik), sesak
napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam menjelang dini hari.
Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan napas, bervariasi
dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.”
Menurut The Lung Association of Canada
ada dua faktor yang menjadi pencetus asma antara lain pemicu (trigger)
dan penyebab (inducer). Pemicu dari asma antara lain perubahan cuaca dan
suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan
emosi atau stress serta aktivitas orang yang berlebihan. Sedangkan penyebab
asma umumnya adalah allergen.
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik
saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti
sel mast, eosinofil, dan limfosit-T terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan
gejala dyspnea, wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang
bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner &
Suddarth, 2001). Pendapat serupa juga menyatakan bahwa asma merupakan reaksi
hiperresponsif saluran napas yang berbeda-beda derajatnya dan menimbulkan
fluktuasi spontan terhadap obstruksi jalan napas (Lewis et al., 2000).
Post a Comment