Memahami Kepribadian Lansia
Kategori Lanjut Usia
Oleh : Drs. H. Zainuddin Sri Kuntjoro, MPsi.
Jakarta, 09 April 2002
Oleh : Drs. H. Zainuddin Sri Kuntjoro, MPsi.
Jakarta, 09 April 2002
Kepribadian atau personality berasal dari kata persona
yang berarti masker atau topeng; maksudnya apa yang tampak secara lahir tidak
selalu menggambarkan yang sesungguhnya (dalam bathinnya). Contoh: orang lapar
belum tentu mau makan ketika ditawari makanan, pada hal perutnya keroncongan.
Orang tidak punya uang dapat berpura-pura punya uang atau sebaliknya. Itulah
gambaran kepribadian, bahwa yang tampak bukan yang sebenarnya. Kepribadian
adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya
dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan
baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan
kesatuan fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut
bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan
mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin
matang dan mantap kepribadiannya (Depkes, 1992).
Pada lansia yang sehat, kepribadiannya tetap berfungsi
dengan baik, kecuali kalau mereka mengalami gangguan kesehatan jiwanya atau
tergolong patologik. Sifat kepribadian seseorang sewaktu muda akan lebih nampak
jelas setelah memasuki lansia sehingga masa muda diartikan sebagai karikatur
kepribadian lansia. Dengan memahami kepribadian lansia tentu akan lebih
memudahkan masyarakat secara umum dan anggota keluarga lansia tersebut secara
khusus, dalam memperlakukan lansia dan sangat berguna bagi kita dalam
mempersiapkan diri jika suatu hari nanti memasuki masa lansia. Adapun beberapa
tipe kepribadian lansia adalah sebagai berikut:
- Tipe Konstruktif (Constructive Personality)
- Tipe Mandiri (Independent Personality)
- Tipe Tergantung (Dependent Personality)
- Tipe Bermusuhan (Hostility Personality)
- Tipe Kritik Diri (Self Hate Personality)
Tipe Kepribadian Konstruktif
Model kepribadian tipe ini sejak muda umumnya mudah
menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan dan pola kehidupannya. Sejak
muda perilakunya positif dan konstruktif serta hampir tidak pernah bermasalah,
baik di rumah, di sekolah maupun dalam pergaulan sosial. Perilakunya baik,
adaptif, aktif, dinamis, sehingga setelah selesai mengikuti studi ia
mendapatkan pekerjaan juga dengan mudah dan dalam bekerjapun tidak bermasalah.
Karier dalam pekerjaan juga lancar begitu juga dalam kehidupan berkeluarga;
tenang dan damai semua berjalan dengan normatif dan lancar. Dapat dikatakan
bahwa tipe kepribadian model ini adalah tipe ideal, seolah-olah orang tidak
pernah menghadapi permasalahan yang menggoncangkan dirinya sehingga hidupnya
terlihat stabil dan lancar. Jika tipe kerpibadian ini terlihat seolah-olah
tidak pernah bermasalah hal itu terjadi karena tipe kepribadian model ini mudah
menyesuaikan diri, dalam arti juga pandai mengatasi segala permasalahan dalam
kehidupannya. Sifatnya pada masa dewasa adalah mempunyai rasa toleransi yang
tinggi, sabar, bertanggung jawab dan fleksibel, sehingga dalam menghadapi
tantangan dan gejolak selalu dihadapi dengan kepala dingin dan sikap yang
mantap.
Pada masa lanjut usia model kepribadian ini dapat menerima
kenyataan, sehingga pada saat memasuki usia pensiun ia dapat menerima dengan
suka rela dan tidak menjadikannya sebagai suatu masalah, karena itu post
power sindrome juga tidak dialami. Pada umumnya karena orang-orang dengan
kepribadian semacam ini sangat produktif dan selalu aktif, walaupun mereka
sudah pensiun akan banyak yang menawari pekerjaan sehingga mereka tetap aktif
bekerja di bidang lain ataupun ditempat lain. Itulah gambaran tipe kepribadian
konstruktif yang sangat ideal, sehingga mantap sampai lansia dan tetap eksis di
hari tua.
Tipe Kepribadian Mandiri
Model kepribadian tipe ini sejak masa muda dikenal sebagai
orang yang aktif dan dinamis dalam pergaulan sosial, senang menolong orang
lain, memiliki penyesuaian diri yang cepat dan baik, banyak memiliki kawan
dekat namun sering menolak pertolongan atau bantuan orang lain. Tipe
kepribadian ini seolah-olah pada dirinya memiliki prinsip "jangan
menyusahkan orang lain" tetapi menolong orang lain itu penting. Jika
mungkin segala keperluannya diurus sendiri, baik keperluan sekolah, pakaian
sampai mencari pekerjaan dan mencari pasangan adalah urusan sendiri. Begitu
juga setelah bekerja, dalam dunia kerja ia sangat mandiri dan sering menjadi
pimpinan karena aktif dan dominan. Perilakunya yang akif dan tidak memiliki
pamrih, justru memudahkan gerak langkahnya, biasanya ia mudah memperoleh
fasilitas atau kemudahan-kemudahan lainnya sehingga kariernya cukup menanjak,
apalagi jika ditunjang pendidikan yang baik, maka akan mengantarkan model
kepribadian yang mandiri menjadi pimpinan atau manajer yang tangguh.
Dalam kehidupan berkeluarga model kepribadian ini umumnya
sangat dominan dalam mengurus keluarganya. Semua dipimpin dan diatur dengan
cekatan sehingga semua beres. Seolah-olah dalam benaknya anak istri tidak boleh
kerepotan dan jangan merepotkan orang lain. Model tipe ini adalah ayah atau ibu
yang sangat perhatian pada anak-anak dengan segala kebutuhannya.
Bagaimana model kepribadian tipe ini memasuki masa pensiaun
dan masa lansia? Disinilah mulai timbul gejolak, timbul perasaan khawatir
kehilangan anak buah, teman, kelompok, jabatan, status dan kedudukan sehingga
cenderung ia menunda untuk pensiun atau takut pensiun atau takut menghadapi
kenyataan. Termasuk dalam kelompok kepribadian model ini adalah mereka yang
sering mengalami post power sindrome setelah menjalani masa pensiun.
Sedangkan tipe kepribadian ini yang selamat dari sindrome adalah mereka
yang biasanya telah menyiapkan diri untuk memiliki pekerjaan baru sebelum
pensiun, misalnya wira swasta atau punya kantor sendiri atau praktek pribadi
sesuai dengan profesinya masing-masing dan umumnya tidak tertarik lagi bekerja
disuatu lembaga baru kecuali diserahi penuh sebagai pimpinan.
Tipe Kepribadian Tergantung
Tipe kepribadian tergantung ditandai dengan perilaku yang
pasif dan tidak berambisi sejak anak-anak, remaja dan masa muda. Kegiatan yang
dilakukannya cenderung didasari oleh ikut-ikutan karena diajak oleh temannya
atau orang lain. Karena pasif dan tergantung, maka jika tidak ada teman yang
mengajak, timbul pikiran yang optimistik, namun sukar melaksanakan kehendaknya,
karena kurang memiliki inisiatif dan kreativitas untuk menghadapi hal-hal yang
nyata. Pada waktu sekolah mereka biasanya dikenal sebagai siswa yang pasif,
tidak menonjol, banyak menyendiri, pergaulannya terbatas sehingga hampir-hampir
tidak dikenal kawan sekelasnya. Begitu juga saat menjadi mahasiswa, biasanya
serba lambat karena pasif sehingga masa studinya juga lambat. Dalam mencari
pekerjaan orang tipe ini biasanya tergantung pada orang lain, sehingga masuk usia
kerja juga lambat dan kariernya tidak menyolok. Dalam bekerja lebih senang jika
diperintah, dipimpin dan diperhatikan oleh orang lain atau atasan, namun jika
tidak ada perintah cenderung pasif seolah-olah tidak tahu apa yang harus
dilakukan. Dalam pergaulan sehari-hari mereka cenderung menunggu ajakan teman
namun sesudah akrab sulit melupakan jasa baik temannya.
Dalam kehidupan perkawinan, karena orang pasif biasanya
menikah terlambat dan memilih istri atau suami yang dominan, maka dalam
kehidupan keluarga biasanya akur, akrab, tentram tidak banyak protes, pokoknya
mengikuti kehendak suami atau istri. Pada saat pensiun mereka dengan senang
hati menerima pensiun dan dapat menikmati hari tuanya. Masalah akan timbul jika
pasangan hidupnya meninggal duluan. Kejadian tersebut seringkali mengakibatkan
mereka menjadi merana dan kadang-kadang juga cepat menyusul, karena kehilangan
pasangan merupakan beban yang amat berat sehingga mengalami stress yang berat
dan sangat menderita.
Tipe Kepribadian Bermusuhan
Tipe Kepribadian bermusuhan adalah model kepribadian yang
tidak disenangi orang, karena perilakunya cenderung sewenang-wenang, galak,
kejam, agresif, semauanya sendiri dan sebagainya. Sejak masa sekolah dan remaja
biasanya mereka sudah banyak masalah, sering pindah-pindah sekolah, tidak
disenangi guru, dijauhi kawan-kawan sehingga sebagai siswa reputasinya negatif.
Begitu juga setelah jadi mahasiswa, dikampus biasanya mereka dikenal sebagai
tukang bikin ribut, prestasi akademik kurang, namun biasanya pandai pacaran,
ganti-ganti pacar, berjiwa petualang (avonturir) dan mudah terjerumus dalam
minum-minuman keras, menggunakan narkotik dan sejenisnya. Dalam dunia kerja
umumnya mereka tidak stabil, senang pindah-pindah kerja atau pekerjaannya tidak
menentu. Kalau menjadi pejabat cenderung foya-foya, menghalalkan segala cara
dan semua keinginan harus dituruti, demi memberikan kepuasan diri. Tipe ini
juga dikenal tidak mau mengakui kesalahannya dan cenderung mengatakan bahwa
orang lah yang berbuat salah, banyak mengeluh dan bertindak agresif atau
destruktif, pada hal dalam kenyataan mereka lebih banyak berbuat kesalahan.
Model kepribadian bermusuhan ini juga takut menghadapi masa
tua, sehingga mereka berusaha minum segala jenis jamu atau obat agar terlihat
tetap awet muda, mereka juga takut kehilangan power, takut pensiun dan paling
takut akan kematian. Biasanya pada masa lansia ornag-orang dengan tipe ini
terlihat menjadi rakus, tamak, emosional dan tidak puas dengan kehidupannya,
seolah-olah ingin hidup seribu tahun lagi.
Tipe Kepribadian Kritik Diri
Tipe kepribadian kritik diri ditandai adanya sifat-sifat
yang sering menyesali diri dan mengkritik dirinya sendiri. Misalnya merasa
bodoh, pendek, kurus, terlalu tinggi, terlalu gemuk dan sebagainya, yang
menggambarkan bahwa mereka tidak puas dengan keberadaan dirinya. Sejak menjadi
siswa mereka tidak memiliki ambisi namun kritik terhadap dirinya banyak
dilontarkan. Kalau dapat nilai jelek, selalu mengkritik dirinya dengan kata
dasar orang bodoh maka malas belajar. Begitu juga setelah dewasa dalam mencari
pekerjaan dan bekerja juga tidak berambisi yang penting bekerja namun karier
tidak begitu diperhatikan. Keadaan itu biasanya juga mengakibatkan kondisi
sosial ekonominya juga menjadi pas-pasan, karena sulit diajak kerja keras.
Dalam kehidupan berkeluarga juga tidak berambisi, syukur
kalau dapat jodoh, namun setelah nikah hubungan suami istripun tidak mesra
karena selalu mengkritik dirinya dengan segala kekuangannya. Karena kurang
akrab berkomunikasi dengan suami atau istri, maka mudah terjadi salah faham,
salah pengertian dan mudah tersinggung. Kehidupan dalam keluarga kurang hangat
dan kurang membahagiakan dirinya. Dalam menghadapi masa pensiun mereka akan
menerima dengan rasa berat, karena merasa lebih tidak berharga lagi dan tidak
terpakai. Model kepribadian inilah yang sering terlihat pada lansia yang antara
suami dan istri menjadi tidak akur, sehingga masing-masing mengurusi kebutuhan
sendiri-sendiri, tidak saling menegur dan saling mengacuhkan walaupun hidup
dalam satu atap. (jp)
Post a Comment